Pagi, dan cerah. Cahaya lampu
menerpa seluruhmu. Membuat rambutmu yang masih setengah basah tampak semakin
berkilauan. Dengan badan tegap dan pandangan lurus ke depan, terlihat jelas
engkau tak menyadari bahwa di sudut yang lain, seseorang tengah menjadikanmu
pusat perhatiannya. Kau diam. Dan diammu menegaskan bahwa kau memang harus
dicintai. Dan hatiku, tak kau berikan pilihan lain, selain jatuh yang sejatuh-jatuhnya.
Sunday, October 9, 2016
Sunday, July 10, 2016
Sebuah Pendewasaan
Kau mengira dunia berubah, padahal engkaulah yang berubah. Seringkali
kita memang tak menyadari, betapa waktu-waktu yang telah dijalani sebenarnya
tengah mendewasakan kita. Kita tak sadar, satu demi satu, hal-hal tak lagi
seperti dulu. Ada beberapa persepsi yang diam-diam mulai kita ubah. Ada pemikiran-pemikiran
yang nampaknya mulai perlu dibuang jauh-jauh. Dan ada, keyakinan-keyakinan yang
secara perlahan namun pasti, mulai merasuki dan bahkan sengaja kita pupuk dalam
hati.
Pun diriku, yang mulai mengerti, betapa selama ini sejatinya
aku telah melakukan pembodohan terhadap diri sendiri. Ada apakah gerangan? Barangkali mereka bertanya-tanya demikian. Satu
yang mungkin perlu kusampaikan; tentu semua ini terjadi bukan tanpa
sebab-musabab. Ada sesuatu yang cukup menggelitik alam sadarku melalui luka dan
kekecewan. Yang kemudian membawaku pada sebuah simpulan; bukan ini yang aku cari, bukan ini yang aku inginkan.
Pertanyaannya lagi, mengapa
baru sekarang? Adakah aku mampu mengatur dan menentukan waktu? Andai bisa,
tentulah aku tak ingin berbalik setelah sampai pada titik sejauh ini. Namun,
harus diingat, bahwa tak ada kata terlambat untuk melakukan perbaikan atas
segala kelalaian yang disengaja. Bukankah sudah cukup pengakuan dalam hati
betapa pintu-pintu syaithan tengah terbuka selebar-lebarnya? Ketahuilah, aku
tak ingin lagi memberi celah baginya. Ketahuilah…
Thursday, July 7, 2016
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Barangkali, kita memang hidup dalam panggung kepura-puraan.
Ada banyak hal yang tertahan, untuk tetap menjadi rahasia yang tak terungkap
oleh rangkai-rangkai aksara. Dan kita baik-baik saja menjalaninya. Kita hidup
dengan wajar demi menunggu untuk beradu di ruang temu. Namun,
tunggu dulu, adakah kita, merahasiakan hal yang sama?
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Ada doa-doa yang tak pernah berhenti dilangitkan. Juga tanda
tanya yang tak terakumulasi banyaknya. Kita tak pernah tahu kapan semua itu
membawakan sebuah jawaban. Hingga jiwa lelah, hingga langkah payah, dan
semuanya habis sudah. Diam-diam, kita mengakui bahwa ada benih-benih keraguan
yang mulai merapuhkan. Apa yang sebenarnya kau cari? Kucari?
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon berbunga itu
Baik kau maupun aku, sama mengakui bahwa di antara kita, menjulang tinggi pohon yang dahulu begitu ingin kita rubuhkan. Kita penasaran kepada apa yang bisa kita terjemahkan saat pada akhirnya pandangan kita bertemu dan saling mengunci. Namun, lupakan saja. Biarkan pohon itu tetap berdiri kokoh dan terus berbunga, menjadi pembatas yang jelas, menyimpan apa yang masing-masing kita rahasiakan, tak terucapkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)